Stevia dan beberapa pemanis buatan digadang-gadang sebagai pengganti gula yang lebih sehat karena tidak mengandung kalori. Tapi apakah stevia aman dikonsumsi? Apakah pemanis buatan aman dikonsumsi?
Sebelum melanjutkan, yang akan aku bahas di sini adalah penggunaan stevia, pemanis buatan atau gula buatan untuk mengurangi berat badan. Jadi bukan membahas pengguanaan stevia untuk penderita diabetes.
Emang aku kerucutkan di bagian ini karena aku sendiri pernah menggunakan gula stevia untuk menurunkan berat badan. Sampai... medscape mengeluarkan artikel yang berjudul: Saran WHO Terhadap Pemanis Buatan untuk Mengendalikan Berat Badan.
Jeng jeng
Di artikel medspace disebutkan bahwa WHO tidak merekomendasikan menggunakan pemanis buatan untuk menurunkan berat badan atau mengurangi risiko diabetes, penyakit jantung atau kanker. Pemanis buatan ini meliputi aspartam, acesulfame K, advantame, saccharine, sucralose, stevia dan turunan stevia.
Jadi rekomendasi ini muncul setelah mengumpulkan data dari 283 penelitian pada orang dewasa, anak-anak, wanita hamil dalam populasi campuran.
Memang untuk penggunaan jangka pendek, pemanis buatan terlihat efeknya untuk pengurangan berat badan tapi tidak ada efek apapun untuk gula darah puasa, insulin, lipid darah (kolestrol atau lemak dalam darah), dan tekanan darah.
Justru dengan penggunaan jangka panjang pemanis buatan meningkatkan risiko untuk penyakut diabetes tipe 2 dan penyakit jantung, namun dengan bukti kepastian rendah dan sangat rendah.
Begitupula dengan penyakit kanker, memang ada hubungan antara sakarin dan kanker kandung kemih (bukti kepastian rendah dan sangat rendah), sedangkan untuk jenis kanker lain tidak diuji.
Untuk ibu hamil dengan konsumsi pemanis buatan dalam jumlah besar, meningkatkan risiko kelahiran prematur (bukti kepastian rendah dan sangat rendah) dan adipositas (kegemukan) pada keturunan (bukti kepastian rendah dan sangat rendah). Sedangkan untuk anak-anak sebagian besar belum ada penelitiannya.
Kata WHO, rekomendasi ini berlaku untuk semua orang kecuali yang sudah terdiagnosa diabetes dan mencakup semua pemanis buatan (dengan 0 kalori) yang bersifat sintetis dan alami atau dimodifikasi.
Rekomendasi ini tidak berlaku untuk produk perawatan pribadi dan kebersihan yang mengandung pemanis buatan non-kalori, seperti pasta gigi, krim kulit, dan obat-obatan.
Karena hubungan yang teramati dalam bukti antara pemanis buatan non-kalori dan hasil penyakit mungkin terpengaruh oleh karakteristik dasar partisipan studi dan pola penggunaan pemanis buatan non-kalori yang rumit, rekomendasi ini dinilai sebagai "kondisional" oleh WHO.
"Ini mengindikasikan bahwa keputusan kebijakan berdasarkan rekomendasi ini mungkin memerlukan diskusi yang substansial dalam konteks negara tertentu, terkait misalnya dengan tingkat konsumsi pada kelompok usia yang berbeda," kata siaran pers WHO.
~
Setelah kalian baca bagian "bukti kepastian rendah" apa kalian menyepelekan? Halah cuman sedikit, jujur aku juga mikir gitu. Tapi tetep, aku sudah stop pemakaiannya, apalagi di keluargaku ada turunan diabetes, kalau ketambahan konsumsi stevia yang meningkatkan risiko diabetes nanti malah makin tinggi risikoku.
Akhirnya aku cari-cari informasi lagi selain WHO, ada nih nemu di sini (klik aja yak), penelitian ini menggunakan soda. Jadi orang yang minum soda dengan pemanis buatan memang memiliki risiko lebih tinggi untuk diabetes tipe 2 daripada orang yang minum soda dengan gula asli. Tapiii, di penelitiannya juga disebutkan kalau masih ada bias.
Ya intinya, masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Kalau kalian milih stop atau tetap pake stevia sebagai pengganti gula?